BI-450 BENKELMAN BEAM
BI-450 BENKELMAN BEAM (PENGUJIAN LENDUTAN DENGAN BENKELMAN BEAM)
Standar Acuan : SNI 2416:2011
Benkelman Beam merupakan alat yang digunakan untuk mengukur lendutan balik, lendutan langsung dan titik belok perkerasan yang menggambarkan kekuatan struktur perkerasan jalan (Bina Marga, 2005). Penggunaan alat ini sangat efektif untuk menentukan kekuatan struktur tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaan jalan. dari hasil pengujian akan diperoleh nilai lendutan balik maksimum, lendutan balik titik belok dan cekung lendutan (SNI 2416:2011).
Lendutan maksimum adalah besarnya lendutan balik pada kedudukan di titik kontak batang Benkelman Beam setelah beban berpindah sejauh 6 meter, Lendutan balik titik belok adalah besarnya lendutan balik pada kedudukan di titik kontak batang benkelman beam setelah beban berpindah 0,4 meter, dan cekung lendutan adalah kurva yang menggambarkan bentuk lendutan dari suatu segmen jalan (SNI 2416:2011). Data-data tersebut diatas kemudian dapat dijadikan sebagai data perencanaan desain tebal lapis tambah (overlay).
Peralatan Benkelman Beam dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

BI-250 DUCTILITY OF BITUMINOUS MATERIAL
BI-250 DUCTILITY OF BITUMINOUS MATERIAL (PENGUJIAN KEPLASTISAN ASPAL)
Standar Acuan : SNI 2432-2011, ASTM D-133, AASHTO T-51
Pengujian daktilitas aspal yaitu untuk menentukan keplastisan suatu aspal, apabila digunakan nantinya aspal tidak retak. Percobaan ini dilakukan dengan cara menarik benda uji berupa aspal dengan kecepatan 50 mm/menit pada suhu 25˚C dengan dengaa toleransi ± 5 %. Sifat reologis daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal terhadap retak dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan. Aspal dengan daktilitas yang rendah akan mengalami retak-retak dalam penggunaannya karena lapisan perkerasan mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Oleh karena itu aspal perlu memiliki daktilitas yang cukup tinggi.
Sifat daktilitas dipengaruhi oleh sifat kimia aspal, yaitu susunan senyawa hidrokarbon yang dikandung oleh aspal tersebut. Standar regangan yang dipakai adalah 100 – 200 cm. Pada pengujian daktilitas disyaratkan jarak terpanjang yang dapat ditarik antara cetakan yang berisi bitumen minimum 100 cm.
Adapun tingkat kekenyalan dari aspal adalah :
- < 100 cm = getas
- 100 - 200 cm = plastis
- > 200 cm = sangat plastis liat
Sifat daklitas ini sangat dipengaruhi oleh kimia aspal yaitu akibat susunan senyawa karbon yang dikandungnya. Bila aspal banyak mengandung senyawa prakin dengfan senyawa panjang, maka daktalitas rendah. Demikian aspal didapatkan dari blowing, dimana gugusan aspal hidrokarbon tak jenuh yang mudah menyusut sedangkan yang banyak mengandung parakin karena susunan rantai hidrokarbonya dan kekuatan strukturnya kurang plastis.

BI-230A LABORATORY PENETRATION ELECTRIC
BI-230A LABORATORY PENETRATION ELECTRIC (PENGUJIAN PENETRASI ASPAL ELEKTRIK)
Standar Acuan : SNI 2432:2011, ASTM D-5, AASHTO T-49
Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan jalan. Salah satu jenis pengujian dalam menentukan persyaratan mutu aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi aspal yaitu kekerasan aspal. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam hal pengendalian mutu aspal atau tar untuk keperluan pembangunan, peningkatan atau pemeliharaan jalan.
Pengujian penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh faktor berat beban total, ukuran sudut dan kehalusan permukaan jarum, temperatur dan waktu. Oleh karena itu perlu disusun dengan rinci ukuran, persyaratan dan batasan peralatan, waktu dan beban yang digunakan dalam penentuan penetrasi aspal. Cara uji ini dimaksudkan sebagai acuan para penanggung jawab dan teknisi laboratorium aspal untuk menentukan penetrasi aspal serta menyeragamkan cara pengujian untuk pengendalian mutu aspal agar diperoleh hasil pengujian yang akurat dan benar.

BI-230 Laboratory Penetration Manual
BI-230 LABORATORY PENETRATION MANUAL (PENGUJIAN PENETRASI ASPAL MANUAL)
Standar Acuan : SNI 2432:2011, ASTM D-5, AASHTO T-49
Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan jalan. Salah satu jenis pengujian dalam menentukan persyaratan mutu aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi aspal yaitu kekerasan aspal. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam hal pengendalian mutu aspal atau tar untuk keperluan pembangunan, peningkatan atau pemeliharaan jalan.
Pengujian penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh faktor berat beban total, ukuran sudut dan kehalusan permukaan jarum, temperatur dan waktu. Oleh karena itu perlu disusun dengan rinci ukuran, persyaratan dan batasan peralatan, waktu dan beban yang digunakan dalam penentuan penetrasi aspal. Cara uji ini dimaksudkan sebagai acuan para penanggung jawab dan teknisi laboratorium aspal untuk menentukan penetrasi aspal serta menyeragamkan cara pengujian untuk pengendalian mutu aspal agar diperoleh hasil pengujian yang akurat dan benar.

BI-220 LOSS ON HEATING TEST
BI-220 LOSS ON HEATING TEST (PENGUJIAN KEHILANGAN BERAT AKIBAT PMENASAN)
Standar Acuan : SNI 06-2440-1991, ASTM D-6/D-1754, AASHTO T-47/T-179
Pemeriksaan penurunan berat aspal bertujuan untuk mengetahui kehilangan minyak pada aspal akibat pemanasan berulang dan untuk mengukur perubahan kinerja aspal akibat kehilangan berat. Untuk mengevaluasi hanya pada beberapa karakteristik aspal, seperti kehilangan berat dan penetrasi, daktilitas dan titik lembek setelah kehilangan berat, dimana cara tersebut dinamakan Thin Film Over Test (TFOT). Besarnya nilai penurunan berat, selisih nilai penetrasi sebelum dan sesudah pemanasan menunjukan bahwa aspal tersebut peka terhadap cuaca dan suhu.
Pengujian kehilangan berat ini, umumnya tidak terpisah dengan evaluasi karakteristik aspal setelah kehilangan berat. Dalam evaluasi ini dilakukan perbandingan karakteristik sebelum dan sesudah kehilangan berat. Karakteristik yang dilihat adalah nilai penetrasi, titik lembek dan daktilitas. Untuk itu sangat dianjurkan dalam penyiapan sampel dilakukan dibuat dua jenis sampel, yaitu kehilangan berat dan satu kelompok lainnya yang diuji TFOT sebagai yang telah kehilangan berat.
Benda uji yang harus disiapkan adalah Aspal AC 60/70 produksi PT. Pertamina. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan adalah :
- Termometer.
- Oven yang dilengkapi :
- Pengatur suhu untuk memanasi sampai (180 ± 1 0C)
- Pinggan logam berdiameter 25 cm, menggantung dalam oven poros vertical dan berputar dengan kecepatan 5–6 putaran menit.
- Cawan logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata. Ukuran dalam diameter 15 mm dan tinggi 35 mm.
- Neraca analitik, dengan kapasitas (200 ± 0.001) gram
Cara Pelaksanaan :
- Letakkan sampel diatas pinggan setelah oven mencapai suhu (163 ± 10C)
- Pasanglah termometer pada kedudukannya sehingga terletak pada jarak 1.9 cm dari pinggir pinggan dengan ujung 6 mm diatas pinggan.
- Ambillah sampel dari oven setelah 5 jam sampai dengan 5 jam 15 menit.
- Dinginkanlah sampel pada suhu ruang, kemudian timbanglah dengan ketelitian 0.01 gram.
- Panaskan kembali sampel dan buatlah benda uji untuk pengujian penetrasi, titik lembek, dan daktailitas.
- Lakukanlah pengujian penetrasi (AASHTO T 49-89), titik lembek (SK SNI M-20-1990-F atau AASHTO T 53-89) dan daktailitas (SNI M-18-1990-F atau AASHTO T 51-81) dan laporkan hasilnya sebagai kondisi aspal kehilangan berat.
